Sampah padat adalah benda atau barang yang tidak digunakan, tidak
dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari
kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.
Pembagian Jenis Sampah Padat
Sampah padat dapat dibagi berdasarkan ciri atau karakteristik benda
atau zat yang dibuang :
a.Garbage
Berupa benda organik yang mudah membusuk dan cepat
terurai bila cuaca panas menimbulkan bau busuk,banyak
terdapat di pasar,rumah makan, tempat pemukiman,rumah sakit
dan lainnya.
b.Rubbish
▪ Mudah terbakar
(zat-zat organik, kertas, kayu, karet, daun-daun kering).
▪ Tidak mudah terbakar
(zat-zat anorganik, kaca,besi,kaleng).
c.Ashes
Semua debu jalanan dan sisa-sisa pembakaran dari kegiatan industri.
d.Street sweeping
Sampah dari jalanan,trotoar yang ditimbulkan oleh kegiatan orang.
e.Lead animal
Bangkai binatang yang besar (anjing, kucing) yang mati karena
kecelakaan atau alami.
f.House hold refuse
Sampah dari perumahan dan kantor, berupa sampah
campuran(garbage,ashes, rubbish).
g.Abandoned vehicle
Bangkai-bangkai kendaraan bermotor.
h.Demolision dan Contructions Waste
Sisa – sisa bahan pembangunan gedung - gedung.
(tanah,pasir,batu-batuan, kayu-kayu)
j.Sampah industri
Sisa - sisa hasil pertanian, perkebunan, industri.
k.Santage solid
Benda-benda organik yang solid menyangkut di pintu masuk pusat
pengolahan cair buangan.
l.Sampah khusus
Sampah yang memerlukan penanganan khusus seperti bahan beracun
yang berbahaya dan zat radioaktif.
Faktor yang mempengaruhi jenis dan jumlah sampah
●Jumlah penduduk,
Tergantung pada aktifitas dan kepadatan penduduk, makin padat
penduduk maka jumlah sampah makin meningkat dan makin
berkurangnya tempat penampungan sampah sementara.
●Sistem pengumpulan/pembuangan sampah yang digunakan
Pengumpulan sampah dengan memakai gerobak akan lebih lambat
jika dibandingkan dengan mobil truk.
●Daur ulang
Pengambilan kembali jenis sampah untuk dipakai kembali oleh
pemulung, bila nilainya kurang ekonomis maka jenis sampah
tersebut akan menumpuk.
●Geografi dan topografi.
Lokasi tempat pembuangan apakah di daerah pegunungan,
lembah, pantai dan dataran rendah.
●Waktu
Tergantung dari faktor harian, mingguan, bulanan, dan tahunan.
Jumlah sampah bervariasi menurut waktu. pada siang hari
jumlah sampah lebih banyak daripada pagi hari, sedangkan di
daerah pedesaan jumlah sampah tidak begitu tergantung dengan
faktor waktu.
●Sosial ekonomi dan budaya masyarakat
Adat istiadat,kebiasaan, taraf hidup dan mental masyarakat.
●Musim
Pada musim hujan mungkin banyak sampah akan tersangkut pada
selokan - selokan,pintu air atau tempat penyaringan air limbah.
●Kemajuan teknologi & Peradaban
Jenis dan jumlah sampah akan meningkat seperti plastik,
karton, rongsokan, bangkai AC, TV, Kulkas dan kenderaan bermotor.
Jenis dan jumlah sampah akan semakin meningkat seiring dengan
kemajuan teknologi dan tingkat kemajuan kebudayaan suatu mayarakat
serta akan semakin komplek. Pemukiman Pusat Public Kawasan Kawasan
Penduduk Bisnis Services Industri Pertanian
rm.tinggal kantor rumah sakit ringan sawah
sekolah pasar instansi berat kebun
mesjid mal–mal terminal kerajinan tambak
gereja rm.makan taman bengkel ternak
aula desa bioskop sekolah
pasar hotel stadion
Dampak Sampah pada Masyarakat dan Lingkungan
●Dampak Positif
Pengelolaan sampah yang baik akan memberikan pengaruh yang positif
terhadap masyarakat dan lingkungannya antara lain :
▪ Sampah dapat dipergunakan untuk menimbun tanah seperti rawa
– rawa dan dataran rendah.
▪ Sampah dapat dimanfaatkan untuk pupuk.
▪ Dapat diberikan untuk makanan ternak melalui proses
pengelolaan yang telah ditentukan lebih dahulu untuk mencegah
pengaruh yang buruk dari sampah terhadap ternak.
▪ Berkurangnya tempat untuk berkembang biak serangga atau
binatang pengerat.
▪ Menurunnya insiden penyakit menular yang erat hubungannya
dengan sampah.
▪ Keadaan estetika lingkungan yang bersih menimbulkan kegairahan
hidup bagi masyarakat.
▪ Keadaan lingkungan yang baik mencerminkan kemajuan kebudayaan
masyarakat.
▪ Keadaan lingkungan yang baik akan menghemat pengeluaran
dana kesehatan suatu negara sehingga dana tersebut dapat
digunakan untuk keperluan lain.
●Dampak negatif
a.Terhadap kesehatan
▪ Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menjadi tempat
berkembang biak bagi vektor penyakit seperti lalat atau tikus
sehingga insiden penyakit tertentu akan meningkat.
▪ Insiden penyakit Demam Berdarah Dengue akan meningkatnya
sebab vektor penyakit hidup dan berkembang biak dalam
kaleng-kaleng atau ban bekas yang berisi air hujan.
▪ Kecelakaan - kecelakaan timbul karena pembuangan sampah
secara sembarangan misalnya luka oleh benda tajam seperti besi,
kaca dll.
▪ Gangguan psikosomatis seperti sesak nafas, insomnia, stres dan lain
lain.
b.Terhadap lingkungan
▪ Estetika lingkungan menjadi kurang sedap dipandang mata.
▪ Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan
menghasilkan gas-gas tertentu yang menimbulkan bau busuk.
▪ Pembakaran sampah dapat menimbulkan pencemaran udara dan
bahaya kebakaran akan lebih besar.
▪ Pembuangan sampah ke saluran - saluran air akan menyebabkan
aliran terganggu dan saluran air akan menjadi dangkal.
▪ Bila musim hujan tiba akan menyebabkan banjir dan
mengakibatkan pencemaran pada sumber air permukaan atau sumur
menjadi dangkal.
▪ Air banjir dapat menyebabkan kerusakan fasilitas masyarakat,
seperti jalan, jembatan, saluran air.
c.Terhadap sosial ekonomi dan budaya masyarakat
▪ Pengelolaan sampah yang kurang baik mencerminkan keadaan
sosial budaya masyarakat setempat.
▪ Keadaan lingkungan yang kurang baik dan jorok, akan menurunkan
minat dan hasrat orang lain/turis untuk datang berkunjung ke
daerah tersebut.
▪ Dapat menyebabkan tindakan kriminal di daerah tersebut,
terjadi perselisihan antar warga, atau warga dengan pihak
pengelola.
▪ Angka kesakitan meningkat dan mengurangi hari kerja sehingga
menyebabkan produktifitas masyarakat menurun.
▪ Memerlukan dana yang besar untuk memperbaiki lingkungan
yang rusak, sehingga dana untuk sektor lain jadi berkurang.
▪ Penurunan pemasukan daerah/devisa akibat penurunan jumlah
wisatawan dan diikuti penurunan atau berkurangnya penghasilan
masyarakat setempat.
▪ Menurunkan kualitas dan sumber daya alam dengan demikian
akan meyebabkan mutu produksi menurun dan tidak mempunyai
nilai ekonomis.
▪ Penumpukan sampah dipinggir jalan akan menyebabkan kemacetan
lalu lintas sehingga menghambat kegiatan transportasi barang dan
jasa.
Pengelolaan Sampah Padat
1.Tahap pengumpulan dan penyimpanan
Sampah disimpan pada tempat sementara, yaitu tempat sampah di
kantor, rumah tangga, hotel, restoran dll. Sebaiknya sampah basah dan
sampah kering dikumpulkan dalam tempat yang berbeda untuk
memudahkan pemusnahannya.
Syarat-syarat tempat penampung sementara
▪ Konstruksi harus kuat, tidak mudah bocor.
▪ Mempunyai tutup dan mudah dibuka tanpa mengotori
tangan.
▪ Ukuran sesuai sehingga mudah diangkut oleh satu orang.
Dari penyimpanan ini kemudian dikumpulkan lalu dimasukkan ke
dalam Dipo (rumah sampah). dipo ini dapat dikelola oleh pemerintah,
berupa bak besar untuk menampung sampah rumah tangga.
Syarat-syarat Rumah sampah/Dipo
▪ Dibangun diatas permukaan tanah setinggi kendaraan pengangkut
sampah.
▪ Mempunyai dua pintu, pintu masuk dan pintu untuk mengambil
sampah.
▪ Mempunyai lubang ventilasi yang tertutup kawat halus untuk
mencegah lalat dan binatang lain masuk ke dalam dipo,
▪ Ada kran air untuk membersihkan.
▪ Tidak menjadi tempat tinggal/sarang lalat, tikus.
▪ Mudah dicapai oleh masyarakat.
Cara pengumpulan sampah di dipo ada dua macam :
▪ Sistem duet
tempat sampah kering dan tempat sampah basah.
▪ Sistem trio
tempat sampah basah, sampah kering dan tidak mudah
terbakar.
2.Tahap pengangkutan
Setelah dari Dipo sampah diangkut dengan mobil ke tempat
pembuangan akhir atau pemusnahan sampah.
3.Tahap Pemusnahan
Ada beberapa cara pemusnahan sampah yang dapat dilakukan oleh
institusi atau individu dan penggunaan teknologi pemanfaatan sampah
antara lain :
● Sanitary land-fill
Adalah sistem terbaik yaitu pemusnahan sampah dengan jalan
menimbun sampah dengan tanah yang dlakukan lapis demi lapis.
Dengan demikian sampah tidak berada di alam terbuka, sehingga tidak
menimbulkan bau atau menjadi sarang binatang pengerat.
Sampah semua jenis diangkut dan dibuang ke suatu tempat yang jauh
dari pemukiman dengan ditimbun tanah lapis demi lapis, setelah lebih
dahulu sampah dan tanah tersebut dipadatkan.
Metode Sanitary Land-Fill
▪ Metode Galian Parit (Trench Method)
Sampah di buang pada galian parit yang memanjang. Hasil galian
digunakan untuk menutup sampah yang ditimbun dan tanah
penutup dipadatkan kemudian diratakan kembali, setelah sebuah
parit terisi penuh, dibuat parit baru disebelah parit yang terdahulu.
▪ Metode area
Sampah dibuang diatas tanah seperti pada tanah rendah, rawarawa,
lereng bukit kemudian ditutup dengan tanah yang diperoleh dari
tempat tersebut.
▪ Metode Ramp
Merupakan gabungan dari kedua metode diatas, prinsipnya lapisan
tanah dilakukan setiap hari setebal 15 cm diatas tumpukan sampah.
Setelah lokasi Sanitary Landfill stabil, maka pada tempat ini dapat
dimanfaatkan sebagai sarana jalur hijau (pertamanan), lapangan olah
raga, tempat rekreasi, tempat parkir dll.
●Incinerator
Incinerator adalah alat untuk membakar sampah yang terkendali
melalui pembakaran suhu dengan yang tinggi dan merupakan salah
satu metode disposal yang dapat diterapkan didaerah perkotaan atau
daerah yang sulit mendapatkan tanah kosong untuk membuang
sampah.
Keuntungan dari metode ini, ialah dapat membakar semua jenis
sampah kecuali batu dan logam serta tidak dipengaruhi oleh iklim.
Suhu yang masih tinggi dalam incinerator dimanfaatkan untuk
menggerakkan generator atau mengeringkan lumpur pada pengolahan
air kotor.
Residu pembakaran berupa abu dapat dipergunakan untuk menimbun
tanah, abu yang dihasilkan kurang lebih 20-25 % dari berat sampah
yang dibakar atau sekitar 5-10 % dari volume sampah yang dibakar.
kerugiannya tidak semua jenis sampah dimusnahkan terutama
sampah dari logam, disamping akan menimbulkan pencemaran udara
bila incenerator tidak dilengkapi dengan air pollution control.
Di negara maju telah banyak dibangun incenerator modern dengan
panas yang tinggi dan dirancang sedemikian rupa, hingga dapat
membakar relatif semua jenis sampah menjadi abu serta tetap menjaga
lingkungan dari pencemaran. Satu hal yang harus diperhatikan adalah
abu sisa pembakaran secara berkala harus diambil dan dibuang. Untuk
itu perlu disediakan tempat khusus pembuangan abu sisa pembakaran.
●Composting
Pemusnahan sampah antara lain dengan jalan memanfaatkan proses
dekomposisi sampah organik oleh kuman-kuman pembusuk dan pada
kondisi tertentu akan menghasilkan bahan berupa kompos atau pupuk.
Tahap – tahapan pembuatan kompos
Pemisahan benda-benda yang tidak dapat dipakai sebagai pupuk
seperti gelas, kaleng, besi dan lainnya,sampah dihancurkan menjadi
partikel-partikel yang lebih kecil dan tidak boleh lebih kecil dari 5
cm.kemudian dilakukan pencampuran dengan karbon dan nitrogen
dengan komposisi paling baik antara C : N = 1 : 30
Sampah ditempatkan dalam galian tanah yang tidak begitu dalam dan
dibiarkan terbuka sehinga terjadi proses aerobik.
Agar pupuk terbentuk sempurna, sampah perlu dibolak-balik 4-5 kali
selama 15-21 hari, baru kemudian akan menjadi pupuk. Yang penting
diperhatikan jangan sampai ada binatang pengerat atau insekta yang
lain bersarang.
●Hot feeding
Pemberian sejenis garbage kepada hewan ternak (babi), sampah harus
diolah lebih dulu, dimasak atau direbus untuk mencegah terjadinya
penularan penyakit cacing dan trichinosis.
●Discharge to sewers
Sampah dihancurkan sampai halus sebelum dimasukkan ke dalam
sistem pembuangan air limbah dengan syarat sistem pembuangan air
limbah harus baik.
●Dumping
Dibuang atau diletakkan begitu saja di tanah lapangan,jurang dan
tempat sampah.
▪Dumping in water
Dibuang ke dalam air sungai, laut. sehingga terjadi pencemaran pada
air dan pedangkalan dan menimbulkan bahaya banjir.
●Individual inceneration
Pembakaran sampah secara perorangan oleh misyarakat terutama
didaerah perdesaan.
●Recycling
Pengolahan kembali bagian-bagian dari sampah yang masih dapat
dipakai atau daur ulang, Seperti plastik gelas,kaleng, besi dan lainnya.
●Reduction
Menghancurkan sampah organik atau garbage menjadi bertuk yang
lebih kecil, diolah sedemikian rupa sehingga menghasilkan bahan
lemak.
●Salvaging
Pemanfaatan sampah yang dapat dipakai kembali misalnya kertaa
bekas. Bahayanya dapat menularkan penyakit.
Teknologi Pemanfaatan dan Pembuangan Akhir Sampah
Pembuangan sampah akhir merupakan suatu hal yang tidak mungkin
dicarikan alternatif lain kecuali harus dimusnahkan atau dimanfaatkan.
Hal ini mengingat bahwa pengaruh yang akan terjadi bila tidak
dilakukan perencanaan pemusnahan dan pemanfaatan secara baik.
Pemanfaatan sampah dengan teknik pengolahan menjadi bahan yang
berguna antara lain kompos, dan Biogas.
1.Kompos
Pengolahan sampah garbage secara biologis dan berlangsung dalam
suasana aerobik dan anaerobik.Dekompisisi sampah dengan bantuan
bakteri diperoleh kompos atau humus. Dekomposisi anaerobik berjalan
sangat lambat dan menimbulkan bau, tetapi dekomposisi aerobik
berjalan relatif cepat dari dekomposisi anaerobik dan kurang
menimbulkan bau.
Ada beberapa metode pembuatan kompos
a.Metoda Alamiah
▪ Tradisional (anaerobik)
▪ Sederhana (aerobik)
1.Metode tradisional
Banyak digunakan oleh petani, penghancuran bahan organik
tanpa udara, caranya dengan menaruh tumpukan sampah
didalam lubang tanah tanpa udara, kemudian dibiarkan begitu saja,
memerlukan waktu yang lama untuk mendapatkan kompos dan
menimbulkan bau busuk yang berasal dari gas H2S,NH3.
2.Metode sederhana
Yaitu mengaduk sampah dengan cara membolak - balik, dapat pula
menambahkan nutrien berupa lumpur atau kotoran binatang.
b.Metode Mekanis
Dilakukan dipabrik untuk menghasilkan kompos dengan waktu yang
singkat. Sampah yang telah dipisahkan dari bahan bukan organik
(karet, plastik, logam) dipotong-potong kecil dengan alat potong,
selanjutnya dimasukkan pada digester stabilisator agar terjadi
dekomposisi.
Pada digester ini diperlukan untuk pengaturan suhu, udara dan
pengadukan. Setelah 3-5 hari dapat menghasilkan kompos dan dapat
pula ditambah zat kimia tertentu untuk keperluan tanaman (seperti
karbon, nitrogen, phosfor, sulfur dan lainnya)
2.Gas Bio
Gas bio adalah bahan bakar yang dperoleh dari bahan-bahan organik,
termasuk kotoran manusia, kotoran hewan, sisa-sisa pertanian,
ataupun campuran melalui proses fermentasi dan pembusukan oleh
bakteri anaerobik pada alat yang dinamakan penghasil gas bio.
Proses tersebut harus dalam kondisi yang baik, antara lain
kelembaban, suhu yang tetap, dan pada pH yang netral. Karena
merupakan bahan bakar, maka gas bio mempunyai nilai ekonomis tinggi
sebagai sumber energi alternatif, disamping dapat mengurangi dampak
akibat pembuangan kotoran-kotoran tersebut bila dibuang begitu saja.
Komposisi gas bio terdiri dari gas: metan, karbon dioksida, nitrogen,
karbon monoksida, oksigen, hidrogen sulfide dimana gas metan
mempunyai persentase yang tinggi, dan bila bercampur udara akan
menghasilkan gas bakar. Gas metane murni mempunyai sifat, tak
berwarna, tak berbau, dan tak berasa. Nilai kalor panas cukup
tinggi,yaitu 4.000-6.700 kcal/m. atau hampir sama dengan energi yang
diperlukan untuk mendidihkan 130 kg air pada suhu 20 º C atau nyala
lampu sekitar 60-100 Watt selama 5-6 jam.
Diambil dari Buku
Pengantar Kesehatan Lingkungan